Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal kembali turun pada kuartal III 2022.
Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan berada di bawah kuartal II yang sebesar 5,44 persen.
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan pertumbuhan ekonomi hanya akan mentok di level 5 persen.
Penyebabnya adalah faktor musiman yang menopang pertumbuhan ekonomi selama kuartal II sudah lewat, seperti Lebaran yang mendorong tingkat konsumsi masyarakat.
“Karena tidak adanya dorongan konsumsi masyarakat, tidak ada momentum yang besar membuat masyarakat belanja lebih banyak,” kata Tauhid saat konferensi pers, Ahad, 7 Agustus 2022.
Di sisi lain, dia mengatakan, tren konsumsi pemerintah yang seharusnya bisa mendukung kinerja perekonomian di tengah perang Rusia Ukraina juga terus turun sejak awal tahun.
Karena itu, dia menganggap, laju ekonomi akan melambat ke depan.
“Kondisi ini terjadi ketika terjadi peyesuaian inflasi yang cukup tinggi.
Terutama volitile food, bahan makanan, maupun administered price, itu ada rokok kretek, ada tiket pesawat,” ujar Tauhid.
Sementara itu, Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto menambahkan, kinerja konsumsi pemerintah pada kuartal II 2020 terkontraksi 5,24 persen secara tahunan.
Penurunan itu melanjutkan rapor merah belanja pada kuartal I yang pertumbuhannya negatif 7,59 persen.
“Ini menurut saya masalah, saya rasa kapasitas birokrasi kita untuk merancang.
Kalau memang konsumsinya tumbuh selalu negatif yaudah harusnya lebih efisien belanjanya, sekalian enggak usah utang terlalu banyak,” kata Eko.